Monday, May 16, 2011

Cinta Seorang Galileo


Seorang pria yang merasakan cinta,
anak dari keluarga Galilei
Dia keheranan dan berkata, "siapa yang menciptakan diriku?"
Pertanyaan menjadi lebih indah dari pemikiran ilmiahnya

Dan ketika kebutaannya,
Dan hari-hari menjelang kematiannya
Dia melihat ke atas, dan menghela napas
Dan dia menangis

Siapa yang meletakkan pelangi di langit?
Siapa yang membuat bintang-bintang itu bersinar di malam hari?
Siapa yang mencintai ciptaannya sehingga tetap terjaga?
Seseorang sepertiMu,

Galileo berkata,
"Cinta dapat membuat kamu bertanya hal-hal lucu sekarang dan kemudian,
Tetapi apakah aku dapat mengingatnya?
Aku telah sejak lama sendirian dan tidak bahagia
Dan bibir ini membeku seperti es untuk mengungkapkan cinta
tetapi Engkau menciumku, bagai disurga.
Sekarang aku benar-benar seperti di surga"

Jika aku bersujud kepadaMu
Aku tidak akan buta, aku tidak akan menangis
Aku akan melihat ke atas, dan menghela napas
Terimakasih, Tuhan.



*Terinspirasi dari penggalan lirik karya Marco Marinangeli, "L'Ora Dell 'Addio"

Perkampungan

Saya tidak sadar kalau tinggal di komplek perumahan yang dekat dengan perkampungan yang masih sangat tradisional (baru nyadar sekarang, kmane aje loee??). Tradisional dalam arti suasananya. Wah, saya masih bisa merasakan udara pagi yang sejuk, embun pagi yang terasa melekat dikulit, ayam berkokok, kucing yang mengeong, anak-anak kecil yang bermain sepeda, bahkan masih ada petani yang membawa kerbau dan kambingnya ke sawah. (Sebenernya gw lagi dimana sih???)

Saya berpikir untuk berkeliling kampung dengan sepeda (Jarang lhoo, gw sepedaan), betul yang saya lihat dan rasakan. Ahh, menikmati udara yang sejuk dan segar. Saya seperti pulang kampung, come back hometown (kayak Pak BeYe yg sok-sok an pake bahasa inggris). Saya juga melihat rumah-rumah disini begitu sederhana tapi terlihat sangat damai, tanpa pagar yg tinggi, tanpa parkir mobil yg luas, hanya ada rumah dan teras yang besar, cukup untuk berkumpul satu keluarga, ditambah dengan pepohonan rindang nan hijau. Hmm..nyaman sekali. Lalu saya masih melihat sebuah sawah yang hijau, seperti akan panen ya.

Lalu saya menyapa seorang petani, "Kumaha, Pak? Damang?".
"Woi, Jang. Pangestu, Alhamdulillah. Ntos, sapedaan?", kata petani

Wah, damai sekali rasanya disini. Saya mungkin akan terus meluangkan waktu dipagi hari untuk mengunjungi perkampungan ini. *dan tentu saja akan membawa kamera..xixixixi"